1,380 total views, 2 views today

Surabaya,Indonesi Jaya –
Yuli Maria Iyanawati aktivis perempuan di bidang kesehatan dan juga ketua umum FHI (Forum Harmoni Indonesia), Yuli Maria Lynawati. Melihat dalam gaya hidup saat ini yang sangat berkaitan dengan perkembangan zaman dan teknologi, mereka cenderung mengikuti mode masa kini. Bahkan dalam kehidupan sehari hari, para remaja mengikuti gaya orang barat, contohnya adalah masalah berpakaian yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Contoh lainnya adalah sudah mengenal yang namanya minum-minuman keras, rokok, bahkan narkoba. Mereka beranggapan bahwa jika tidak mengkonsumsi barang-barang tersebut, maka meraka tidak di nilai sebagai masyarakat yang ketinggalan zaman atau tidak gaul.
Masa remaja adalah masa yang paling berkesan karena memberi banyak pengalaman hidup. Masa remaja inilah saatnya untuk mengukir banyak prestasi, baik akademik maupun non akademik. Tergantung orang yang bias memanfaatkan waktunya dengan baik.” kata alumnus UK Petra Surabaya ini”. Masa remaja ini adalah masa-masa yang labil dan masanya seorang remaja bertumbuh dewasa untuk mencari jati diri. Mereka ingin mengetahui yang terbaik untuk masa depannya. Tetapi disisi lain mereka ingin menikmati masa indah dengan bersenang senang. Tetapi mereka juga harus menentukan untuk masa depannya.
Remaja masa kini memasuki zaman now atau zaman milenial, kita perhatikan beda sekali bandingkan pada zaman old yaitu tahun 1990-an, yang masih sering bermain dengan temannya jauh dari sikap kekerasan dan jarang ada kekerasan seksual dan sekarang mereka ada pada zaman teknologi yang sangat pesat dan banyak mengkuti zaman trend masa kini seperti ala ala selebritis dan orang asing.
Yang kita tahu trend masa kini banyak sekali, contohnya dengan gaya pakaian ala orang barat yang sangat terbuka dan menyedihkan sekali karena mereka masih remaja dan lebih menyedihkannya lagi dengan sekarang dengan ada sinetron sinetron pada masa kini yang berpacaran di sekolah menggunakan alat make up, dan banyak juga adegan yang gak pantas disaksikan oleh remaja sekarang.
Dan pada zaman now sekarang sangat miris banyak remaja melakukan tindakan negatif contoh seperti pelecehan seksual, aksi kekerasan, tawuran , melawan orang tua, menggunakan narkoba, dan banyak lagi.
Remaja saat ini sangat kritis situasinnya banyak sekali remaja saat ini menggunakan NARKOBA, dan melakukan seks bebas melakukan hubungan seks diluar nikah.
Dan ini sangat mengkawatirkan bagi Bangsa Indonesia krisis moral terjadi kalangan remaja yang menyebabkan seks bebas sangat mudah terjadi.” Ucap yuli maria
Banyak sekali yang bilang pergaulan remaja sekarang sangat jauh sekali pada zaman tahun 1990-an, remaja sekarang banyak sekali mengungkapkan perasaannya dengan emosi dan marah dan remaja sekarang berbicara kepada orang tuanya tidak ada sopan santunnya lagi banyak sekarang terjadi anak membuat kekerasan kepada orang tuanya sendiri. Hal ini diketahui melalui survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Durex’s Face of Global Sex. Dari sana diketahui kalau para remaja kita umumnya sudah tidak perawan di usia 19 tahun. Kalau dibandingkan dengan tetangga sebelah, Singapura dan Malaysia, remaja di sana melepas keperawanan di usia 22 dan 23 tahun. Tidak diketahui kenapa remaja kita sudah tidak perawan dalam usia semuda itu. Tapi, kuat dugaan kalau hal ini terjadi karena pergaulan yang sudah sedemikian bebas.
Separuh remaja Indonesia pernah bercinta. Jadi, ini seperti perbandingan lima dari 10. Benar-benar miris! Bahkan untuk angka pastinya adalah sekitar 62,7 persen. Hal ini diketahui dari KPA (Komisi Perlindungan Anak) yang telah melakukan survei beberapa tahun lalu. Miris ya kalau melihat fakta-fakta ini. Padahal kita ini tinggal di Indonesia di mana adat dan normanya masih begitu kuat. Entah apa jadinya jika Indonesia seperti negara-negara barat, mungkin persentase dan jumlah di atas akan makin besar. Remaja di sini memang adalah pelaku, tapi kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Di balik mirisnya pergaulan remaja, ada tanggung jawab diperlukan peran orangtua sebagai teman. Jika pendidikan seks sehat ini tertanam, tidak akan anak terjerumus dalam pergaulan bebas.” kata alumnus UK Petra Surabaya sastra ingris ini. (Y.ya)